Jumat, 07 Mei 2010

Wisata Kerukunan Agama di Pulau Bali

Pulau Bali!!! Siapa sih yang tidak kenal kepopulerannya sebagai “Paradise Island”. Hampir seluruh dunia mengetahui keunikan dan daya tarik dari pulau “Seribu Pura” ini. Siapa mengira Bali dapat menjadi objek wisata yang sangat diminati turis asing yang terkenal dengan “living monument”, yaitu salah satu tempat yang kebudayaannya masih tetap hidup hingga saat ini.

Bali mempunyai ciri khas tersendiri walau banyak pendatang berdatangan. Kebudayaan Bali tetap ajeg adanya. Selain faktor budaya, faktor lain yang menjadi andalan dan daya tarik Bali adalah keindahan alam yang didengung-dengungkan sebagai “surga” dunia. Secepat kilat Balipun menjadi aset terbesar Indonesia di bidang pariwisata sebagai pemasok devisa negara. Walaupun pernah terjadi krisis dan tragedi bom bali yang menghantam jalannya roda kepariwisataan tidak dipungkiri hal itu justru menjadikan Bali semakin terkenal.

Banyak orang berdatangan dari seluruh penjuru dunia. Mereka berkumpul menjadi satu di Bali, baik sekedar refressing, ataupun untuk kepentingan lainnya. Tak heran jika segala macam suku bangsa, bahasa dan ras bisa ditemukan di Bali. Tentunya, mereka hidup bercampur baur dan berinteraksi satu dengan lainnya. Namun, dengan kendala perbedaan yang ada mereka tetap berusaha untuk saling memahami.

Bali memang aneh dengan segala keunikannya. Salah satu keunikan lagi yaitu komplek Puja Mandala, Nusa Dua. Apakah itu?

Di tempat ini terdapat lima tempat ibadah dari agama yang diakui di Indonesia. Yaitu agama Islam, Katholik, Budha, Protestan dan Hindu. Uniknya, bangunan tersebut berdiri berdampingan. Tidak percaya? Bagi yang baru mengetahui memang terdengar asing akan tetapi berbeda dengan penduduk Desa Bualu yang hampir setiap hari menyaksikan kegiatan keagamaan dari masing-masing agama yang tentunya berbeda-beda. Bahkan, kegiatan-kegiatan itu terjadi bersamaan. Namun, mereka berusaha bersikap saling menghormati, agar kerukunan tetap terjaga. Biasanya, untuk acara-acara atau kegiatan-kegiatan, mereka meminta izin terlebih dahulu pada pihak agama lain.

Berawal dari keinginan umat Islam untuk mendirikan masjid di Nusa Dua. Namun, karena izin sulit didapatkan dengan alasan tidak memenuhi syarat pendirian bangunan ibadah yang harus mempunyai 500 KK pemeluk agama tempat ibadah yang hendak didirikan, keinginan itu belum dapat dilaksanakan. Kemudian, pihak MUI bersama Yayasan Ibnu Batutah datang ke Jakarta untuk meminta persetujuan. Akhirnya, ada inisiatif dari Menteri Parpostel, yang saat itu dipegang oleh Joop Ave, untuk membangun tempat ibadah kelima agama di satu komplek. Ide ini didapat atas dasar keinginan presiden Soearto yang menginginkan adanya tempat ibadah kelima agama yang berdiri di satu tempat, sebagai miniatur kerukunan hidup beragama.

Puja Mandala Nusa Dua mulai dibangun tahun 1994 atas bantuan PT. BTDC (Bali Tourism Development Centre) yang memberikan bantuan tanah untuk membangun kelima tempat ibadah tersebut. Tanah itu dibagi sama besar dan luasnya.selanjutnya, Untuk pendirian bangunan diserahkan sepenuhnya oleh umat masing-masing agama, dengan aturan pendirian bangunan tersebut harus sama tingginya.

Tahun 1997, Puja Mandala Nusa Dua secara resmi disaahkan oleh Menteri Agama Bapak Tarmidzi Taher. Saat itu hanya Gereja Bunda Maria Segala Bangsa (Katholik), Jemaat Bukit Doa (Protestan) dan Masjid Ibnu Batutah yang sudah selesai pembangunannya. Sedangkan, Wihara Budhina Guna (Budha) baru selesai pembangunannya pada tahun 2003.

Di sekitar komplek banyak terdapat ruko, toko, dan warung-warung. Dalam jarak satu kilometer dari komplek Puja Mandala, Nusa Dua, terdapat komplek perumahan. Satu kilometer ke arah atas, terdapat perumahan Puri Campial, Pondok Campial, dan Campial Indah, sedangkan satu kilometer ke bawah terdapat perumahan Bualu Indah 2. Dengan suasana perbukitan yang sejuk semakin menambah keindahan komplek tersebut.

Kerukunan hidup dan suasana saling menghormati terlihat jelas dalam keseharian lingkungan komplek Puja Mandala Nusa Dua. Seperti yang dituturkan ibu Faiqoh Sholeh, istri dari takmir Masjid Ibnu Batutah, bapak Sholeh Wahid, yang membuka toko pakaian adat dan busana muslimah/muslim tepat di depan komplek Puja Mandala Nusa Dua,

“Tujuan dari pendirian tempat ibadah ini merupakan percontohan miniatur kerukunan hidup bersama”, ujarnya. Lalu, ketika ditanya apakah pernah ada perselisihan antar agama di daerah tersebut, dengan tegas ia menjawab “Tidak, justru kami berusaha untuk saling membantu dan menghormati”

Keunikan yang baru satu-satunya di Indonesia ini merupakan kawasan yang dianggap sebagai contoh kerukunan umat beragama di Indonesia dan menjadi tempat wisata yang sangat diminati, baik oleh wisatawan asing ataupun domestik.

Untuk sampai ke tempat ini, sekitar 12 km dari Bandara Ngurah Rai ke arah Nusa Dua. Cobalah luangkan waktu sejenak untuk menikmati keunikannya dan belajar memahami. Jika keinginan kuat impian ‘tuk hidup berdampingan bukan suatu masalah hanya saja sikap saling menghormati tetap menjadi ciri khas.

1 komentar: